Tidak semua orang setuju dengan konsep hubungan jarak jauh. Ada yang mungkin tidak pernah mengalami tapi ingin mencoba. Ada pula yang pernah berada dalam hubungan jarak jauh lalu tidak berhasil tapi tidak menutup diri untuk mencoba hubungan jarak jauh dengan pasangan berikutnya. Memang, hubungan berjarak merupakan sebuah tantangan tersendiri. Perbedaan zona waktu yang cukup jauh, misalnya, tidaklah mudah dilalui para pasangan. Begitu juga dengan kurangnya kontak fisik yang bisa jadi salah satu faktor permasalahan muncul di hubungan jarak jauh. Bukan berarti keintiman fisik adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan hubungan. Akan tetapi kedekatan fisik adalah salah satu bahasa kasih seseorang yang dapat menjadi salah satu cara untuk menjalin keharmonisan hubungan.
”Kedekatan fisik adalah salah satu bahasa kasih seseorang yang dapat menjadi salah satu cara untuk menjalin keharmonisan hubungan.
Meskipun begitu, kita sebagai manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang dihadapi. Sekalipun situasi itu sangat menantang, tapi sudah menjadi tugas kita sebagai manusia untuk belajar melewati tantangan. Komunikasi adalah kunci di dalam hubungan. Baik hubungan yang berjarak maupun tidak. Akan tetapi komunikasi yang sering dilakukan ketika berada dalam hubungan jarak jauh untuk menggantikan pertemuan, tidak berarti menjamin hubungan yang sukses. Komunikasi yang berkualitas tidak selalu berarti yang dilakukan secara sering, hingga membuat diri sendiri atau pasangan tidak memiliki kehidupan sendiri. Oleh sebab itu, menyampaikan kebutuhan masing-masing dalam berkomunikasi dapat menjadi langkah awal ketika hendak mengarungi jalan tersebut. Pasangan LDR (long distance relationship) juga sebaiknya bisa menyampaikan rasa percaya mereka terhadap satu sama lain.
”Kita sebagai manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang dihadapi. Sekalipun situasi itu sangat menantang, tapi sudah menjadi tugas kita sebagai manusia untuk belajar melewati tantangan.
Sementara dalam rangka menyelesaikan konflik, keduanya pun harus bisa menanamkan pada diri masing-masing bahwa mereka adalah sebuah tim. Sehingga mereka harus berupaya bekerja sama membuat hubungan berjalan dengan baik. Semuanya pasti work in progress. Kita tidak akan berhenti belajar. Tapi paling tidak ketika mengetahui ada konflik dalam hubungan di masa LDR, mereka tidak menyangkal masalah tersebut dan secara aktif berusaha mengatasi permasalahan. Ketika pasangan sudah memiliki kedekatan yang cukup sebelum LDR sebenarnya itu sudah dapat menjadi modal untuk memupuk fondasi yang kuat saat nantinya berjarak. Jika sedari awal hubungan sudah LDR, misalnya mengenal pasangan lewat aplikasi daring dan ternyata mereka hidup di kota atau negara yang berbeda, tantangannya tentu lebih besar.
”Komunikasi yang berkualitas tidak selalu berarti yang dilakukan secara sering, hingga membuat diri sendiri atau pasangan tidak memiliki kehidupan sendiri.
Pada satu titik, pertanyaan “Kapan LDR ini akan berakhir?” pasti akan muncul di kepala. Terutama saat salah satu dari mereka mulai merasa tidak nyaman dengan kondisi yang terus-terusan berjarak. Namun sebelum terburu-buru menanyakan itu pada pasangan, baiknya mereka menanyakan dulu pada diri sendiri seberapa serius mereka di hubungan tersebut, ada di posisi seperti apa mereka saat ini dalam hidup. Juga mempertanyakan, “Apa prioritas hidup saya saat ini?”, “Seberapa kenal saya dengan pasangan?”, “Apakah visi kami dalam hubungan dan hidup sejalan?”, “Apakah pasangan saya adalah seorang partner yang bisa berada dalam hubungan jangka panjang?”. Mempertimbangkan ini semua bisa membantu kita menentukan apakah pertanyaan tentang keseriusan hubungan yang hendak diajukan pada pasangan sudah sejalan dengan keseriusan kita dalam hubungan itu sendiri. Apabila sudah cukup yakin dengan keinginan untuk serius, barulah kemudian sampaikan pertimbangan kepada pasangan dan tanyakan pertimbangannya apa. Lalu putuskan berdua apa jalan yang terbaik untuk semua pihak.
Di kala pandemi, banyak pasangan yang terpaksa harus menjalani hubungan jarak jauh. Di satu sisi, kondisi ini tentu saja bisa menjadi tantangan bagi mereka yang harus mengalaminya. Namun di sisi lain, sebenarnya situasi berjarak dapat dijadikan waktu bagi pasangan tersebut untuk saling merefleksikan diri tentang apa yang sebenarnya diinginkan dalam hubungan. Dengan mengajukan berbagai pertanyaan sebagai bahan pertimbangan, mereka dapat meninjau kembali tingkat keseriusan dalam hubungan. Mungkin sebelumnya mereka hanya menjalani saja. Berpikir bahwa memiliki pasangan untuk menjalani keseharian, menemani nonton bioskop atau jalan-jalan di akhir pekan tanpa benar-benar mendiskusikan apa yang mereka inginkan dalam hubungan. Berada dalam hubungan yang berjarak karena pandemi justru bisa menjadi peluang untuk mereka berdiskusi dengan diri sendiri dan satu sama lain. Misalnya dengan diri sendiri menanyakan apa yang ia inginkan dari hubungan dan dari sang pasangan. Kemudian hadirkan pertanyaan dan jawaban ke dalam diskusi berkualitas dengan pasangan.
”Berada dalam hubungan yang berjarak karena pandemi justru dapat dijadikan waktu bagi pasangan untuk saling merefleksikan diri tentang apa yang sebenarnya diinginkan dalam hubungan.
Original article was published on Greatmind.
Written by a Greatmind journalist based on an interview with Inez Kristanti.